Senin, 21 Desember 2015

PT. AMERTA INDAH OTSUKA



PT. Amerta Indah Otsuka merupakan anak perusahaan Otsuka Pharmaceutical  yang  bergerak dibidang farmasi yang sudah terkenal di Jepang. PT Amerta Indah Otsuka bergerak dibidang bisnis minuman isotonik. PT Amerta Indah Otsuka merupakan perusahaan yang memasarkan produk minuman Pocary Sweat di Indonesia. Belakangan ini selain memproduksi minuman isotonik dengan merek Pocary Sweat di indonesia, PT.Amerta Indah Otsuka juga memproduksi makanan ringan berbentuk bar yang terbuat dari tepung kedelai dan buah buahan yang asli yang ber merk Soyjoy.          POCARI SWEAT adalah minuman isotonik sebagai pengganti cairan tubuh yang hilang setiap harinya. Komposisi POCARI SWEAT mirip dengan cairan tubuh dengan kandungan elektrolit yang seimbang, sehingga dapat diserap lebih cepat dan lebih baik dibandingkan air minum biasa,sehingga dapat mencegah terjadinya dehidrasi berat. Selain itu, dengan kelebihan tersebut, POCARI SWEAT dapat mengembalikan cairan tubuh secara menyeluruh sehingga membuat tubuh terasa lebih segar dan sehat. SOYJOY adalah makanan berbentuk bar yang terbuat sepenuhnya dari tepung kedelai dan buah-buahan asli.SOYJOY adalah sebuah konsep baru dan pertama di Indonesia yang menawarkan suatu produk dengan manfaat kedelai dan buah sekaligus menjadi makanan yang sehat dan praktis.
Sejarah Pocary Sweat Masuk Ke Indonesia
Pocary Sweat merupakan minuman kesehatan yang diproduksi oleh perusahaan farmasi Otsuka Filiphina Pharmaceutical Incorporated. Pocary Sweat pertama kali di perkenalkan oleh Jepang pada tahun 1980 dan sejak itu menjadi minuman favorit konsumen Jepang. Minuman kesehatan ini merupakan minuman isotonik yang dapat membantu menggantikan cairan dan elektrolit yang hilang melalui keluarnya keringat. Sampai saat ini Pocary Sweat mulai masuk pasar Indonesia pada tahun 1989 dan dikembangkan oleh PT. Amerta Indah Otsuka (AIO). Pertama kali masuk ke Indonesia pada tahun 1989 hanya 30.000 kaleng setahun dan harus didatangkan dari pabrik minuman Pocary Sweat di Korea Selatan. Pada tahun 1991, Otsuka Pharmaceutical mendirikan PT Amerta Indah Otsuka dengan membuka pabriknya di Lawang (Malang JawaTimur) yang memproduksi minuman Pocary Sweat yang dipimpin oleh direktur Yoshihiro Bando. Pada awal masuknya ke Indonesia, Pocary Sweat mengalami masa sulit, kerugian selama lebih dari 10 tahun hingga pada tahun 2002, perusahaan dapat memperoleh keuntungan, hal ini disebabkan oleh pada saat awal penetrasi di Indonesia, persepsi masyarakat masih kabur terhadap produk yang saat itu Pocary Sweat merupakan pelopor dari produk minuman isotonic Indonesia. Selama 13 tahun beroperasi pabrik di Lawang di putuskan dipindahkan ke Sukabumi pada awal 2004.pertimbangannya adalah untuk lebih menekan biaya produksi dan transportasi serta memberikan kemudahan penyediaan bahan baku. Sejak dipindahkan ke Sukabumi, pabrik mampu memproduksi dua kali lipat menjadi 14juta kaleng per bulan. Pada tahun 2007 dibangun pabrik baru dengan fasilitas PET (minuman kemasan botol) untuk memproduksi pocary sweat dalam bentuk botol menelan biaya investasi lebih dari Rp. 100 Milyar, pabrik tersebut memiliki produksi sebesar 250.000 botol perjam. Produk Pocary Sweat terus berkembang hal ini membuat PT Amerta Indah Otsuka berinisiatif mendirikan kantor cabang dan mengembangkan pasarnya dipulau Sumatra tepatnya di Kota Medan. Kantor cabang di Medan didirikan pada tahun 2004 bulan September yang bekantor dijalan Krakatau ujung komplek Krakatau Multi center Medan. PT.
AIO yang berada di Medan ditugaskan untuk memasarkan dan mendistribusikan ke seluruh daerah di pulau Sumatra termasuk Medan sendiri. Budaya Perusahaan fokus pada pelanggan Disiplin,Jujur, dan Integritas Mandiri dan Fokus pada lingkaran pengaruh kerja sama yang sinergi keterbukaan, komunikasi dan koordinasi. Adapun Program Corporate Social Responsibility yang dimiliki oleh PT. Amerta Indah Otsuka   Seiring berkembangnya industri pangan,maka meningkat pula jumlah makanan ringan siap saji, baik dipasar nasional maupun pasar internasional perkembangan industri pangan, tidak hanya berdampak pada kondisi ekonomi, tetapi juga menimbulkan perubahan budaya pada masyarakat, khususnya dalam hal konsumsi makanan. Mengkonsumsi makanan dan minuman ringan siap saji kemasan sudah menjadi suatu kebiasaan yang tidak terelakkan dalam kehidupan sehar-hari. Konsumsi berlebih pada makanan dan minuman ringan siap saji yang mengandung zat kimia ini telah menimbulkan keprihatinan baru bagi pemerhati kesehatan. Oleh karena berkembangnya teknologi komunikasi yang menghilangkan batas – batas negara – atau lebih dikenal dengan terminologi Global Village (Marshall McLuhan and Bruce R. Powers, dalam Argenti, 2007 : 6), maka isu kelayakan konsumsi makanan dan minuman ringan banyak menarik perhatian dunia. Sebuah isu lokal dapat menjadi sebuah perbincangan dunia dalam hitungan detik. Hal ini memberikan tantangan sendiri bagi perusahaan untuk menjaga citra dan reputasinya di seluruh dunia. Dengan latar belakang tersebut, semakin banyak perusahaan yang menghargai reputasi perusahaan yang positif.
Penilaian apakah suatu perusahaan memiliki reputasi yang baik atau tidak, ada di mata individu yang menilai perusahaan tersebut. Keseluruhan tindakan perusahaan yang dipersepsi oleh publik dalam jangka waktu tertentu membentuk image yang berbeda di publik yang berbeda pula. Kompleksitas ini memerlukan kemampuan untuk mengelola reputasi perusahaan.                              
Dalam dunia bisnis yang semakin kompetitif dan pasar bisnis yang terus berubah, Corporate Social Responsibility bisa menjadi salah satu keuntungan bagi perusahaan dalam meningkatkan reputasi (Karna, Hansen and Juslin, 2003). Secara spesifik, persepsi konsumen terhadap perusahaan yang menjalankan Corporate Social Responsibility memiliki pengaruh terhadap sikap konsumen (Brown and Dacin, 1997; Madrigal, 2000), khususnya ketika dihadapkan terhadap keputusan pemilihan produk dan pembelian (Barone, Miyazaki and Taylor, 2000; Bennett and Gabriel, 2000; Sen and Bhattacharya, 2001). Terdapat bukti nyata yang mengindikasikan bahwa tingkat Corporate Social Responsibility sebuah perusahaan dapat menarik perhatian konsumen. Sebuah survey yang dilakukan oleh Smith and Alcorn (1991) menemukan bahwa 45,6% responden mengatakan kalau mereka akan berpindah merek kepada merek milik perusahaan yang mendukung atau mendonasi kegiatan sosial.The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD), lembaga internasional yang berdiri tahun 1995 dan beranggotakan lebih dari 120 multinasional company yang berasal lebih dari 30 negara, dalam publikasinya Making Good Business Sense mendefinisikan Corporate Social Responsibility sebagai “Continuing commitment by business to behave ethically and contribute to economic development, while improving the quality of life of the workforce and their families as well as of the local community and society at large.” Artinya, komitmen dunia usaha (perusahaan) untuk terus menerus bertindak secara etis dan berkontribusi pada peningkatan ekonomi, bersamaan dengan meningkatkan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus komunitas lokal dan masyarakat secara luas (Wibisono, 2007:7).Corporate Social Responsibility telah mengalami evolusi yang cukup signifikan sejak awal kemunculannya. Dewasa ini, bentuk Corporate Social Responsibility telah berkembang dari yang bersifat filantropi menjadi sebuah konsep yang juga mencakup Community Relations dan Community Development.

Community Relations adalah upaya terus memelihara hubungan baik dengan publik organisasi atau perusahaan. Community Development adalah usaha perusahaan untuk memberdayakan masyarakat. Dengan demikian, perusahaan tidak maju sendiri, tetapi berkembang bersama – sama dengan masyarakat. Corporate Social Responsibility merupakan tanggung jawab moral perusahaan. Kegiatannya dilakukan secara sukarela, meskipun perusahaan tidak diharuskan melakukannya. Selain itu, Corporate Social Responsibility diterapkan kepada masyarakat atau komunitas diluar komunitas tempat perusahaan itu berada secara berkelanjutan. Sustainability (keberlanjutan) kegiatan menggambarkan komitmen perusahaan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang tidak bisa dilakuan secara situasional. Inilah esensi kegiatan Corporate Social Responsibility – moral responsibility, discretionary, sustainability, dan beyond community. Kegiatan Corporate Social Responsibility memang menunjukkan kecenderungan yang meningkat secara signifikan, baik di Indonesia maupun di berbagai negara. Pada laporan global Pricewaterhouse Coopers (PwC) tahun 2010, disimpulkan bahwa jumlah perusahaan yang membuat laporan Corporate Social Responsibility –sebagai indikasi perusahaan yang melaksanakan Corporate Social Responsibility- meningkat.
Corporate Social Responsibility
1. Pengertian CSR
Corporate Social Responsibility menurut Wahyudi (2008, h.36) memberikan definisi CSR adalah sebagai komitmen perusahaan untuk melaksanakan kewa-jibannya didasarkan atas keputusan untuk mengambil kebijakan dan tindakan dengan memperhatikan kepentingan stakeholders dan lingkungan dimana perusahaan melakukan aktivitasnya berlandaskan pada ketentuan hukum yang berlaku.
2. Manfaat CSR
Perusahaan yang telah meyakini CSR sebagai suatu kewajiban bagi perusahaan, maka dengan sendirinya perusahaan telah melaksanakan investasi sosial. Sebagai investasi sosial maka perusahaan akan memperoleh keuntungan dalam bentuk manfaat yang akan diperoleh, antara lain yaitu:
a.     Meningkatkan profitabilitas dan kinerja finansial yang lebih kokoh,  misalnya lewat efisiensi lingkungan.
b.     Meningkatkan akuntabilitas, assessment dan komunitas investasi.
c.      Mendorong komitmen karyawan. Karena mereka diperhatikan dan dihargai.
d.     Menurunkan kerentanan gejolak dengan komunitas.
e.      Mempertinggi reputasi dan corporate building.
Kegiatan Corporate Social Responsibility memang menunjukkan kecenderungan yang meningkat secara signifikan, baik di Indonesia maupun di berbagai negara. Pada laporan global PricewaterhouseCoopers (PwC) tahun 2010, disimpulkan bahwa jumlah perusahaan yang membuat laporan Corporate Social Responsibility –sebagai indikasi perusahaan yang melaksanakan Corporate Social Responsibility- meningkat.
Peran manajer SDM disini tidak hanya merekrut karyawan baru dan mengawasi kinerja setiap karyawan yang ada tetapi juga perlu bertanggung jawab dalam mengoptimalkan dan menambah kemampuan karyawannya supaya karyawan dalam PT Amerta Indah Otsuka  tersebut tidak hanya menjadi karyawan yang rendahan tetapi menjadi karyawan yang mempunyai keahlian. Dengan cara melakukan program pelatihan dengan tepat dan sesuai dengan kebutuhan. Pelatihan ini diberi nama yaitu “Pelatihan Aktualisasi dan Sinergi Karyawan PT Amerta Indah Otsuka ”. Pada dasarnya departemen yang memiliki tanggung jawab besar terhadap maju tidaknya suatu perusahaan terdapat pada departemen SDM, sebab apabila manajer SDM tersebut tidak dapat mengoptimalkan perannya maka perusahaan ini akan menjadi perusahaan yang tidak sehat dan fatalnya perusahaan ini akan kalah saing karena mempunyai masalah terhadap karyawannya. Maka dari itu peran manajer SDM sangat dibutuhkan dalam memajukan  PT Amerta Indah Otsuka. Training ini mempunyai harapan yaitu dimana semua karyawan yang sudah melakukan training ini dapat meningkatkan kemampuan kinerja karyawan, supaya mampu untuk mengoptimalan alat – alat yang ada agar proses dalam bekerja dapat optimal dan timbul kreativitas dari para karyawan. Kemudian meningkatkan pendewasaan emosional terhadap para karyawan, supaya terwujudnya karyawan yang peka akan lingkungan kerjanya dan menurunkan sikap arogansi para karyawan dalam bekerja, lalu memotivasi karyawan agar tingkat semangat karyawan dalam bekerja tetap terjaga. Kemudian membangun kekompakan antar karyawan sebab kekompakan inilah yang menjadi titik sentral supaya tidak timbul kesalahan – kesalahan yang sepele dalam bekerja.Training ini biasa dilakukan oleh manajemen SDM sebanyak dua kali dalam setahun, bulan yang sering dijadikan waktu untuk mentraining para karyawan PT Amerta Indah Otsuka yaitu pada bulan Maret dan di bulan Desember, training ini sudah menjadi agenda rutin tahunan yang diberikan untuk karyawan karena mengingat dari tema training yang diberikan manajer SDM yaitu “Pelatihan Aktualisasi dan Sinergi Karyawan  PT Amerta Indah Otsuka”. sehingga wajib bagi seluruh karyawan untuk mengikuti training tersebut. Training ini dilakukan selama 3 hari yang biasanya dilakukan pada hari jum’at, sabtu serta hari minggu, dan prosesnya dilakukan secara bergantian supaya tidak terjadi kekosongan tenaga kerja dalam melakukan produksi Pocary Sweat dalam PT Amerta Indah Otsuka untuk memenuhi permintaan pasar yang tinggi baik pasar dalam negeri maupun pasar manca negara. Rundown Training  PT Amerta Indah Otsuka yaitu seperti dibawah ini :


JUM’AT
JAM
MATERI
METODE
08:00 – 11:45
Pengenalan dan pengoptimalan alat – alat laboratorium terhadap karyawan secara langsung
Pengenalan alat berupa teori dan praktek langsung
11:45  – 12:30
Sholat dan makan siang
Istirahat
12:30  – 14:50
Pendewasaan diri terhadap emosional karyawan
Kuliah I
15:00 – 16:00
Meningkatkan Semangat karyawan dalam bekerja
Kuliah II

SABTU
JAM
MATERI
METODE
08:00 – 11:50
Membangun sinergi antar karyawan tahap I
Out Bound I
12:00 – 13:00
Sholat dan Makan siang
Istirahat
13:00 – 15:00
Memberikan motivasi kepada karyawan
Out Bound II


MINGGU
JAM
MATERI
METODE
08:00 – 11:50
Membangun sinergi antara karyawan tahap II
Out Bound I
12:00 – 13:00
Sholat dan makan siang
Istirahat
13:00 -  15:00
Memberikan ruang kreativitas kepada karyawan
Teori dan out bound II

Selasa, 08 Desember 2015

Fungsi Perencanaan & Pengoranisasian


Seleksi  dan penempatan meupakan fungsi batas dari sistem  calon tenaga kerja dinilai sejauh mana mereka memiliki ciri2 yang disyaratkan.Pengumpulan data  Secara mekanikal dan Secara klinikal
Proses  dalam mencari calon tenaga kerja ,  pertama pencarian calon tenaga kerja ,seleksi surat lamaran ,wawancara awal ,ujian, psikotes, wawancara ,penilaian akhir ,pemberitahuan dan wawancara akhir,penerimaan
Penempatan adalah suatu rekomendasi atau keputusan utk mendistribusikan para calon tenaga kerja pd pekerjaan yg berbeda-beda berdasarkan suatu dugaan tentang kemungkinan dari calon utk berhasil pd pekerjaan (Munandar, 2001).
Jika terjadi kesalahan penempatan (missplacement) maka perlu diaakan suatu progam penyesuaian kembali karyawan
Pelatihan (training) merupakan proses pembelajaran yang melibatkan perolehan keahlian, konsep, peraturan, atau sikap untuk meningkatkan kinerja tenaga kerja.
Pengembangan (development) diartikan sebagai penyiapan individu untuk memikul tanggung jawab yang berbeda atau yang Iebih tinggi dalam perusahaan, organisasi, lembaga atau instansi pendidikan.
Tujuan dari pelatihan dan pengembangan secara umum Meningkatkan produktivitas ,Meningkatkan mutu ,Meningkatkan ketetapan dalam perencanaan SDM,Meningkatkan semangat kerja ,Menarik dan menahan tenaga kerja ,Menjaga kesehatan dan keselamatan kerja ,Menghindari keusangan Menunjang pertumbuhan pribadi

Reinforcement Theories Teori ini menekankan bahwa orang termotivasi untuk melakukan atau menghindari perilaku karena adanya penguatan dan konsekuensi yang diberikan.
Social Learning Teori ini menekankan bahwa proses belajar diperoleh dari observasi orang lain yang kredibel dan berpengetahuan.
Goal Theory Teori ini memilik asumsi bahwa perilaku merupakan hasil dari niat (intention) dan tujuan (goals) seseorang.
Need Theories Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan dasar trainee dan komunikasikan bagaimana training yang dilakukan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
Information Processing Teori ini menekankan penekanan pada proses internal yang terjadi ketika training seperti persepsi, retensi (memori), encoding, dan retrieval
Transfer of Training
Transfer of training mengacu kepada apakah trainee dapat mengaplikasikan apa yang mereka dapatkan di dalam training secara efektif dan kontinu kedalam pekerjaannya.
Tujuan utama dari transfer of training adalah terjadinya Generalization dan Maintenance
      Generalization, yaitu kemampuan trainee untuk mengaplikasikan hasil dari training kedalam masalah dan situasi pekerjaan yang diperoleh.
      Maintenance, yaitu proses untuk melakukan secara terus-menerus kemampuan yang diperoleh dari training
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi kualitas Transfer of Training:
      Kondisi kerja, seperti tekanan waktu, peralatan yang kurang baik, dan budget yang tidak memadai
      Kurangnya dukungan peer
      Kurangnya dukungan manajemen
Evaluasi
Tujuan

Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan program,Menilai faktor yang berkontribusi terhadap proses pembelajaran dan konten pelatihan,Identifikasi trainee yang mendapatkan hasil tertinggi atau terendah dari program,Membantu program marketing dengan pengumpulan informasi dari partisipan,Menentukan keuntungan dan kerugian finansial program,Membangdingkan keuntungan dan kerugian traning vs. Nontraining,Membangdingkan keuntungan dan kerugian dengan program training lain