Pendekatan behavioristik dalam
psikoterapi, adalah salah satu dari beberapa “revolusi” dalam dunia pengetahuan
psikologi, khususnya psikoterapi. Pendekatan behavioristik yang dewasa ini
banyak dipergunakan dalam rangka melakukan kegiatan psikoterapi dalam arti luas
atau konseling dalam arti sempitnya, bersumber pada aliran behaviorisme.
Pendekatan behavioristik memandang
konseling merupakan proses pendidikan. Pusat konseling adalah membantu klien
mempelajari tingkahlaku baru untuk memecahkan masalahnya. Konseling ini
memandang tingkah laku sebagai suatu yang dipelajari atau tidak dipelajari oleh
klien. Oleh karena itu, peran konselor pada konseling ini adalah aktif, direktif,
sebagai guru, ahliu diagnosis dan sekaligus menjadi model. Dengan demikian
klien juga dituntut aktif dan mengalami sendiri.
Kelebihan dan kekurangan Teori Behavioristik
dintaranya :
Ø Kelebihan
:
Ø Telah
mengembangkan konseling sebagai ilmu karena mengundang penelitian dan
menerapkan IPTEK kepada proses konseling
Ø Pengembangan
prilaku yang spesifik sebagai hasil konseling yang dapat diukur
Ø Memberikan
ilustrasi bagaimana keterbatasan lingkungan
Ø Penekanan
bahwa konseling hendaknya memusatkan pada perilaku sekarang dan bukan prilaku
yang ada dimasa lalu.
·
Kelemahan :
·
Bersifat dingin, kurang menyentuh aspek
pribadi sifat manipulatif dan mengabaikan hubungan pribadi
·
Lebih konsentrasi pada teknik
·
Pemilihan tujuan sering ditentukan oleh
konselor
· Meskipun konselor behaviour menegaskan
klien unik dan menuntut perlakuan yang spesifik tapi masalah klien sering sama
dengan klien yang lain dan karena itu tidak menuntut strategi konseling
· konstruk belajar dikembangkan dan
digunakan konselor behavioral tidak cukup komprehensif untuk menjelaskan
belajar dan harus dipandang hanya sebagai hipotesis harus dites.
·
Perubahan klien hanya berupa gejala yan
dapat berpindah kepada bentuk perilaku lain.